Should I Communicate?

by - 12:47 PM


Image souce: Pinterest


Manusia adalah makhluk sosial.
Dengan pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa kebutuhan dasar kita adalah berkomunikasi.
I bet you all already know that, right?

Beberapa hari lalu, gue nonton program Unlock With Billy Boen dan salah satu narasumbernya adalah Dwika Putra, seorang founder dari Riuh Renjana Creative. Dia menjelaskan beberapa hal tentang berkomunikasi. 
Dia mengatakan bahwa delapan puluh persen (80%) hidup kita dihabiskan untuk berkomunikasi.
Yes, banyak banget kan? Kita secara tidak sadar menghabiskan sebagian besar waktu kita untuk berkomunikasi.
Tapi, tidak semua orang suka berkomunikasi atau tidak merasa komunikasi itu penting dengan alasan “gue introvert” atau “gue lebih suka dengerin orang lain”.
Datang dari isu tersebut, disini gue akan bahas sedikit tentang apakah komunikasi sepenting itu dan sebenarnya lebih baik berbicara atau mendengarkan, sih? Dalam konteks ini, gue akan menyampaikan tentang berkomunikasi secara umum.
It’s basically just my opinion, feel free to discuss on the comment section!

IS COMMUNICATION THAT IMPORTANT?

Yes. It is THAT important.
Kenapa? Ya, sesimple karena kita mau ngapa-ngapain dan kalau butuh apa-apa butuh komunikasi.
Gini deh, kita mau delivery makanan aja kita butuh untuk komunikasi sama driver ojol.
Kita mau protes internet lemot harus telepon ke provider.
Bahkan kalau kalian bilang “gue introvert kok, ga suka ngomong sama orang, sukanya main game aja sama rebahan”.
Pasti kalian tau dong, mayoritas dalam game sekarang itu ada yang namanya fitur chat, add friends, guild, party, pvp, dan yang lainnya. Kecuali mainnya solitaire atau minesweeper ya.
Kalau mau bikin / gabung guild atau party pasti harus ngomong dulu dong, apalagi minta backup selama permainan.
Kalau mau request energy tambahan juga harus minta ke temen atau sesama pemain kan, walaupun tidak berbicara langsung, and you can’t deny that it is not communicating.
Komunikasi itu tidak hanya terpaku sama pertemuan tatap muka aja, tapi sekarang banyak juga komunikasi yang dilakukan secara virtual seperti chatting, webinar, video call, e-mail, podcast, dll.

Menurut penjelasan dari Dwika Putra, 5-15% komunikasi itu kita lakukan secara sadar, yang berarti kita perlu rencana dan berpikir sebelum ngomong. Ya mungkin kayak mau presentasi, rapat, dll.
Tapi, 85-95% komunikasi kita lakukan secara intuitif, yang berarti kita udah gak harus mikir lagi mau ngomong apa dan jawab apa. 
Misal, kalau kita angkat telepon secara otomatis kita akan jawab "halo".
Kalau kita di toilet dan ada yang ketok pintu, kita akan jawab “ada orang”, dan sebagainya.
Jadi, sebenarnya komunikasi itu banyak yang kita lakukan, tapi secara intuitif sehingga mungkin kita gak sadar itu merupakan bentuk komunikasi.
Di era sekarang ini, komunikasi bukan lagi hal yang “nice to have” tapi “must have”, karena orang bisa berkomunikasi tidak terbatas karena dia memang berbakat. Tapi, komunikasi itu bisa dilatih dan dipelajari.
Komunikasi juga sepenting itu karena kalau terjadi miskomunikasi akan menyebabkan kerugian, seperti salah ucap aja bisa bikin kita dikomentarin dan dimaki netijen.
Untuk itu, dengan media yang semakin luas dan mudah diakses, kitapun juga harus pintar-pintar memanfaatkan kemampuan berkomunikasi kita agar tidak menimbulkan kerugian, at least untuk diri kita sendiri.

Dalam perbincangannya dengan Billy Boen, Dwika juga bilang kalau repetisi itu membangun reputasi.
Tidak ada orang yang akan langsung percaya kalau kita bilang kita orang baik / pintar / hebat saat pertama kali ketemu. 
They should see what we do, what we have achieved, and how we acts sehingga hal-hal yang selalu kita lakukan itulah yang akan menjustifikasi perkataan kita dan baru orang bisa percaya kita baik / pintar / hebat setelah melihat apa yang kita lakukan.
REPETISI MEMBANGUN REPUTASI.
Jadi, jangan beralasan tidak bisa berkomunikasi karena kepribadian atau tidak punya bakat, karena di jaman ini semua harus sebisa mungkin memanfaatkan kemampuan berkomunikasinya.
Semua bisa dilatih! 

SHOULD I SPEAK OR SHOULD I LISTEN?

BOTH.
Kita harus bisa keduanya.
Basically, komunikasi memang membutuhkan dua pihak atau lebih. 
Biasanya terdiri dari komunikator dan komunikan. Si penyampai pesan dan pendengar atau penerima.
Dalam pertemuan tatap muka atau telepon, tentu berbicara dan mendengarkan itu penting.

Kita tidak bisa hanya pintar berbicara saja, tapi tidak mau mendengarkan orang lain karena itu akan menjadi rude atau tidak sopan bahkan arogan.
Kita tidak bisa hanya mau mendengarkan saja, tapi tidak mau berbicara karena itu akan dipandang coward, apatis, atau tidak bisa berpendapat.
Kita harus bisa menyeimbangkan keduanya, karena ketika kita berbicara, kita butuh feedback atau respon. 
Pasti kita juga gak suka dong, lagi ngomong atau cerita terus gak ada yang respon.
Di sisi lain, kita juga harus bisa mendengarkan orang lain yang sedang berbicara dan menghargai waktu mereka berbicara. 
Kita tidak bisa semaunya dan hanya mau kita aja yang bicara, orang lain gak boleh, itu namanya egois.
Berbicaralah seperlunya dan dengarkan opini orang lain juga.
Semua ada bagiannya dan semua butuh porsinya masing-masing.

Menurut gue, seseorang yang bisa berkomunikasi bukan hanya tentang seberapa bagusnya dia bisa berbicara, berpidato, atau menyampaikan pendapat. 
Tapi, bagaimana dia bisa menyeimbangkan waktu berbicaranya dan waktu mendengarkan orang lain juga.

Berbicara dan mendengarkan tidak hanya sebatas tatap muka aja.
Menurut gue, menulis status, artikel, postingan, atau membuat podcast / vlog juga merupakan bentuk berbicara dalam bentuk tulisan dan berbicara secara virtual melalui video atau media podcast.
Mendengarkan dalam bentuk kita membaca, menonton video, dan mendengarkan podcast.
Dalam hal inipun, kita harus bijak dalam berkomunikasi.
Sampaikanlah hal-hal yang patut dan sepantasnya ditulis atau dibuat konten video / podcast.
Dalam memberikan feedbackpun, sampaikanlah komentar yang juga sepantasnya dan seperlunya.
Untuk itulah, kemampuan berkomunikasi sebenarnya harus terus diasah dan juga dipahami secara moral.

Gue membahas inipun sebagai pelajaran bagi gue untuk bisa lebih baik lagi dalam berkomunikasi, baik secara langsung ataupun secara virtual.
Banyak banget kejadian yang seharusnya tidak terjadi karena kesalahan berbicara atau terlalu bebas berbicara, kalau penyampaiannya dilakukan secara pantas, terstruktur, dan sesuai pada situasinya.
Kolom komentar juga seharusnya tidak diisi dengan kata-kata makian atau yang menyudutkan karena semua bisa diubah dengan kata-kata yang lebih konstruktif atau membangun.

Jadi, berkomunikasi itu penting dan ya, kita harus berkomunikasi! Baik secara sadar atau tidak sadar karena itu merupakan kebutuhan kita, terutama di era 4.0 ini.
Tidak usah lagi menjadikan kepribadian atau bakat sebagai alasan tidak bisa berkomunikasi. 
Mungkin kalian cuma tidak mau bukan tidak bisa?
Bijaklah dalam berbicara dan mendengarkan, karena keduanya harus seimbang.
Last but not least, terima kasih sudah membaca dan kalau ada pendapat lain bisa banget komen di kolom komentar ya. 
I’d love to see another opinion from the readers.
Also, STAY SAFE EVERYONE!

You May Also Like

0 comments