• Home
  • About
  • Contact
    • Email
    • Line
    • Instagram

TIKUU!

calm as blue, sweet as milktea




Image source: Pinterest


Halo, salam hangat bagi kalian yang membaca ini.

Gue akhirnya kembali setelah rehat begitu lama setelah kesibukan skripsi dan kawannya.
Setelah sekian lama away from blog, banyak juga kejadian terjadi dalam hidup gue.
Sebelum memulai, gue cuma mau bilang stay safe bagi kalian yang sedang social distancing di rumah atau yang masih harus beraktivitas di luar rumah. Semangat!

Okay, jadi sesuai judulnya, kali ini gue mau berbagi opini gue tentang 'ghosting'.

Apa sih 'ghosting' itu?
Well, dalam arti gampangnya adalah menghilang tanpa penjelasan.
One thing, it sucks!
Pernah atau sedang mengalami? Ya, gue yakin sebagian besar dari kalian mungkin akan relate dengan pembahasan ini.
Guepun pernah. A FEW TIMES. Ga cuma sekali, tuh.
Ya nyebelin banget, sih memang, karena dengan orang tiba-tiba hilang, tuh bikin kita jadi berasumsi. Ya gak sih?
At the end, kita mulai nethink dan berpikir kalo kita yang salah, atau ada sesuatu yang salah dari diri kita sampai bikin orang itu tiba-tiba hilang.
Guepun kayak gitu gaessss. Beberapa kali orang chat gue, di saat udah enak nih, seru ngobrol gitu ya, tiba-tiba ada aja gitu mereka yang tau-tau hilang dari peradaban.
Karena gue tipe yang nekad, kepo, dan gregetan, beberapa kali akan gue chat duluan tuh.
Mancing, kali aja kalo dibales, berarti masih ada kesempatan buat nanya kenapa kemarin dia ngilang atau ga bales.
Kadang ada yang bales, kadang engga juga.
Well, at least I've done my part, jadi gue gak kepo lagi. 
Tapi, kadang-kadang jadi kepikiran 'memang gue kenapa? gue ada salah ya?'

Jujur, gue adalah orang yang keselll banget kalo orang 'ghosting'.

Tapi, emang gue ga pernah gitu 'ghosting' ?
wah, YA PERNAH LAH.
Kalo mau jujur juga, 'ghosting' adalah cara paling aman dan nyaman untuk menghindari orang-orang yang menurut gue sudah tidak sreg lagi untuk diajak berkomunikasi.
I've been a jerk memang at some occasions. Tapi, itu karena gue memang bener-bener gak mau ngobrol lagi aja gitu, either mereka annoying atau secara pribadi saya kurang suka hehe. 
MAAF BAGI KALIAN YANG MENJADI KORBAN SAYA.

According to the BuzzFeed and SciShow Psych video that I watched yesterday, orang-orang bisa 'ghosting' karena beberapa hal, mulai dari tidak nyaman sampai insecure.

YES, sometimes people ghost out because they feel they aren't capable to carry on the relationship further.
WHICH, kadang-kadang merupakan pikiran di satu pihak aja. Belum tentu pihak lain merasakan yang sama.
BETUL NETIJEN?
Ya, kalo menurut gue pribadi, untuk masalah yang berhubungan dengan dua orang, lebih baik didiskusikan dong. Gak bisa tiba-tiba yang satu merasa tidak mampu, tapi pihak yang lain tidak tahu hal itu dan tiba-tiba ditinggalin.
Kadang orang itu juga takut mengungkapkan perasaan dan pikiran mereka, sampai-sampai harus menghilang tanpa penjelasan. 
Kenapa sih? Takut mengecewakan orang? Takut menyakiti? Takut membebani? 
But the last option is 'ghosting'?
THAT LEADS TO SO MANY ASSUMPTIONS, MY FRIEND.

Di BuzzFeed video itu banyak juga yang cerita tentang pengalaman mereka tentang 'ghosting'. 

Ya banyak sih, ada yang mulai dari kalo mau ketemuan tiba-tiba di cancel, and it goes on sampai dia hilang.
Ada juga yang terjebak diantara dua pilihan laki-laki, sampai dia merasa nyaman dengan salah satunya dan mulai perlahan menghilang dari lelaki yang lain.
Ada juga yang di 'ghosting' sampai menimbulkan trust issues ke orang lain sampai 2 tahun lamanya.
WOW. What a side effect of 'ghosting'.

Jadi, ya menurut gue pribadi semua lebih baik diomongin sih.

Kalau merasa tidak nyaman, bilang.
Kalau merasa bosen, bilang.
Kalau merasa tidak mampu, bilang.
Kalau merasa tidak bisa cerita, bilang.
Kalau tidak suka, bilang.
Kalau butuh waktu, bilang.
It's better to be straightforward than be a coward.
I'm truly sorry for all the people that I have ghosted.
I am trying to push away the coward in me.

Bagi kalian yang merasa sulit untuk mengungkapkan perasaan, cobalah ditumpahkan.

Karena siapa tahu orang lain justru menantikan dan bersedia mendengarkan.
Bagi kalian yang takut akan reaksi dan respon, coba dulu disampaikan.
Siapa tahu, reaksi mereka tidak seperti apa yang kamu pikirkan.

Kalo kata anak jaman sekarang sih, 

'kalo bosen bilang, jangan tiba-tiba ngilang' :)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Menikah,
Menikah adalah istilah yang entah..mungkin bagi sebagian orang dapat membawa kebahagiaan, tapi bagi sebagian orang juga itu seperti terrifying, just to even think about it.
Mereka yang menganggap itu sebuah kebahagiaan adalah I must say  karena sebuah alasan yang cliche, ya pasti karena cinta. Apalagi?
Kalo udah cinta pasti sebagian besar ingin berkomitmen, atau bisa juga untuk "mengklaim" bahwa pasangan kita udah jadi milik kita.
Bahagia juga karena akhirnya ketika bangun udah ga sendiri lagi atau bisa juga karena bisa membangun keluarga kecil sendiri: suami, istri, dan anak.
Must be fun huh and must be lovely to have a little happy family

Kenapa sih gue tiba-tiba bahas tentang pernikahan?
Random aja sih sebenernya, gue lagi diem aja pagi ini dan tiba-tiba kepikiran sebuah perkataan dari Tasya Kamila dan video dari Vice yang semalem gue tonton.

Lanjut dulu ya obrolan yang di atas
Sebagai perempuan, siapa sih yang gak mau punya keluarga bahagia dan selalu ada yang nemenin ngapa-ngapain?
Every girl or even every little girl has or HAD that dream. 
Kenapa gue bilang HAD? 
Ga bisa dipungkiri lah, pikiran perempuan atau anak perempuan itu kadang terlalu utopian.
Mudah terbuai sama hal-hal romantis yang kita lihat di FTV, sinetron, film, bahkan sekarang drama korea. 
Gausah jauh-jauh deh, anak perempuan pasti pernah punya impian buat bertemu sama pangeran berkuda putihnya kan. Princess and barbie movies of course. 
Well, sekarang yang perempuan cari adalah pangeran berkuda Ferrari kan.
Ga perlu mengelak, pasti semua mau, cuma ada yang mengejar dan yang biasa aja.
Sekarang juga perempuan banyak yang mikir ulang buat menikah, ya dengan banyak pertimbangan tentunya.
Dulu, gue pun pengen banget bertemu dengan my kind of prince. HAHA
Gue orangnya amat penuh dengan romantisisme.
Alay lah pokoknya.

Gue pun pengen banget nikah muda. (Karena ditargetin orang tua dan karena ga mau punya anak di umur tua)
ITU DULU.
I saw my sister married in the young age and she is very happy with her family, yet she still pursue her career and that's what amazes me. In the age of 31, she already has 2 kids and sucessful career.
Gue pengen banget kayak gitu, itu juga yang bikin gue pengen nikah muda.
Gue pengen punya karir yang sukses dan juga keluarga bahagia.
Tapi, setelah gue kalkulasi ulang, ga semudah dan secepat itu untuk gue punya karir profesional dan dibarengi dengan menikah trus berkeluarga.
My goal was 23, but I guess it's now 25 or up. 
Gue pengen sukses dulu biar ga bergantung banget sama suami HAHA.
That's what my mom always said, yet she wants me to be married at such a young age 
Kadang itu sih yang gue bingungin, dia terlalu berpaku sama my sister.
Dia sama gue punya latar belakang pendidikan yang berbeda ya, she was D2 and now gue mau lulus dulu S1.
Ya jelas dia punya waktu lebih banyak untuk mencari pengalaman kerja dan dulu emang udah punya pacar gitu pas kuliah, lah gue? yang deket aja gaada.
Oke, skip.

Ngomong-ngomong soal nikah ya, Tasya Kamila adalah salah satu panutan gue.
Dia berhasil menyelesaikan S2 baru nikah. 
Hebat banget sih, dia udah banyak melakukan hal yang mungkin jadi goals dia, jadi influence, dan akhirnya dia juga bisa menikah gitu dengan pasangan yang juga sepadan.
Trus kemarin gue lagi nonton TV trus ada acara gosip gitu lah, ngabarin tentang Tasya yang udah hamil. Emang ya dasar netizen kalo ga nyinyir tuh kayak ga nafas gitu. Pasti ada aja komennya.
Ya kalo dia hamil mah selamatin aja gitu gausah dikomen-komen.
Dibilang kecepetan hamil lah, kenapa sekolah tinggi2 kalo akhirnya jadi ibu rumah tangga doang.
HEY??? DIA PUNYA MIMPI NETIJEN. GA KAYA KALIAN YANG KOMEN DOANG.
Trus di wawancara si Tasya bilang "Emang salah jadi ibu yang berpendidikan?"
That words strucked me.
Orang-orang gak tau aja apa yang selama ini dia udah lakukan, pendidikannya dia ga sia-sia.
Jadi ibu juga bukan berarti pendidikannya gaakan terpakai.
Justru itu adalah nilai plus bagi dia dan anaknya nanti.

Besides, kemarin gue nonton di Vice tentang perempuan di China yang dibilang leftover atau sisa, karena banyak perempuan yang gak nikah muda.
Banyak banget kriteria disana untuk jadi calon istri, such as: ga tinggi-tinggi amat, GAK lebih dari 30 tahun, ga perlu berpendidikan banget.
Dan kalo mereka udah 30an ga nikah, mereka akan dijual di matchmaking market gitu sama orang tuanya buat dijodohin.
As you who doesn't know, China punya kebijakan one child policy biar ga kebanyakan anak dan tentunya yang diprioritasin itu anak laki-laki.
Jadi sebenernya lebih banyak populasi laki-laki dari perempuan yang bikin ga seimbang tuh masalah pasangan.
Iklan-iklan disana juga kebanyakan tentang pernikahan gitu.
Bayangin gak sih, perempuan ga boleh nikah tua dan lebih baik ga berpendidikan dan ga berkarir tinggi-tinggi yang penting nikah.
Woah, clearly not what I have in mind.
Sejak nonton itu kemarin,  gue jadi berpikir ulang untuk nikah muda.
Gue akan mencapai goals yang gue punya dulu baru akan mikir ke arah sana.

So, 
Girls, pursue what you want to pursue and love when it's time to love.
Don't be dependent, but be independent.

MOHON MAAP INI PANJANG BANGET.
Cuma mau berbagi aja, siapa tau ada yang punya pikiran sama hehe.
See you in the next post!
Ciao!
God bless xx




Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

About me



A girl,
with infinity charms inside.
A unique creature crafted by God.
A girl,
who resembles an artpiece,
not everybody can understand it, but a special person will.

SIGNATURE

Categories

  • #PantauGambut
  • Intermezzo
  • Life Story
  • Opinion
  • Opinion Section
  • Pantau Gambut
  • Poetry
  • Restorasi Gambut
  • Sajak
  • Slice of Life

recent posts

Catch Me Up on IG!

Spotify

Followers

Chatbox

Blog Archive

  • ▼  2021 (1)
    • ▼  January (1)
      • Sempurna = Ketidaksempurnaan
  • ►  2020 (6)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (2)
    • ►  March (2)
  • ►  2019 (3)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2018 (6)
    • ►  December (1)
    • ►  October (1)
    • ►  June (2)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2017 (8)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2016 (17)
    • ►  December (1)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (3)
    • ►  July (9)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (3)
    • ►  November (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (4)
Facebook Twitter Instagram Pinterest

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates