• Home
  • About
  • Contact
    • Email
    • Line
    • Instagram

TIKUU!

calm as blue, sweet as milktea


Topik : Pentingnya Restorasi Gambut bagi Masyarakat dan Lingkungan

Greenpeace Indonesia

Kekeringan? Kebakaran hutan? Penyalahgunaan lahan? Hal-hal ini tentu bukanlah hal yang asing bagi Indonesia. Ya, sudah beberapa kali saya dan tentunya kalian mendengar berita mengenai adanya kebakaran lahan dan hutan di Indonesia. Tahun demi tahun lahan pertanian dan perhutanan di Indonesia semakin berkurang karena adanya kekeringan dan kebakaran hutan. Salah satu kejadian yang memperburuk kebakaran lahan di Indonesia adalah kebakaran lahan gambut. Pasti kita semua pernah mendengar istilah “Gambut”, ya, seperti yang pernah dipelajari di sekolah, lahan gambut adalah lahan yang biasanya terdapat di daerah rawa, pantai dan daerah genangan air. Untuk lebih jelasnya, lahan gambut  tersusun dari tanah yang merupakan dekomposisi dari rerumputan, jasad hewan, dan material organik lainnya sehingga menumpuk selama ribuan tahun  dan membentuk endapan tebal.[1] 

Indonesia merupakan wilayah yang kaya akan lahan gambut. Luas lahan gambut yang terdapat di Indonesia adalah sekitar 14,9 juta hektar dan menyimpan karbon yang tinggi, diperkirakan mencapai 22,5-43,5 gigaton karbon.[2] Lahan gambut merupakan lahan basah yang memiliki kemampuan menyimpan air hingga 13 kali dari bobotnya.[3] Pada dasarnya, lahan gambut merupakan lahan yang tidak mudah terbakar karena sifatnya yang menyerap dan menahan air. Namun, ketika kondisinya sudah terganggu, maka lahan gambut akan mengalami kekeringan dan menjadi mudah terbakar pada musim kemarau.
Mongabay

Pada tahun 2015 terjadi kebakaran yang melanda dua juta hektar hutan dan lahan. Dapat dibayangkan tidak, sih? Lahan gambut dan hutan yang sangat luas itu tiba-tiba dilalap api dan luas lahan yang terbakar juga tidak sedikit. DUA JUTA HEKTAR. Kalian tahu tidak, kalau itu setara dengan 32 kali luas Jakarta dan lebih dari setengah lahan itu adalah lahan gambut.[4] Kebakaran ini juga menjadi penyumbang 15% emisi karbon dunia.[5] Nah, kalian kaum muda yang kurang perhatian terhadap alam Indonesia dan tidak pernah pantau gambut mungkin belum mengerti dan belum merasakan apa kerugian dari terbakarnya lahan gambut ini. Kerusakan lahan gambut ini menggangu perekonomian masyarakat, loh, terutama masyarakat lokal. Kenapa? Karena lahan gambut ini merupakan rumah bagi hewan-hewan air, seperti ikan, udang, dan kepiting yang merupakan sumber pangan masyarakat Indonesia. Jika lahan gambut rusak dan sumber pangan tersebut semakin berkurang, tentu akan membawa kerugian bagi masyarakat Indonesia. Untuk itu, untuk memperbaiki kerusakan pada lahan gambut di Indonesia, penting untuk dilaksanan sebuah restorasi.

WWF Indonesia

Pada November 2016, Presiden Joko Widodo mendirikan Badan Restorasi Gambut (BRG). Presiden memberi mandat kepada BRG untuk melakukan restorasi terhadap dua juta hektar lahan gambut hingga tahun 2020 nanti di tujuh provinsi, yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua.[6] Menjaga keutuhan ekologis gambut merupakan suatu kunci dalam mengelola ekosistem gambut, sehingga perlindungan dan pemulihan fungsi ekologis merupakan prioritas untuk mencegah terulangnya kebakaran lahan gambut.[7] Menurut pantaugambut.id, terdapat lima langkah restorasi gambut [8], yaitu:
1.     Memetakan Gambut
Langkah ini diperlukan untuk menentukan lokasi gambut yang menyusut dan mengetahui tipe serta kedalamannya. Setiap gambut memerlukan jenis restorasi yang berbeda tergantung pada kondisinya.

2.     Menentukan Jenis, Pelaku, dan Rentang Waktu Pelaksanaan
Pada tahap ini, mulai dapat ditentukan restorasi apa yang sesuai dengan kondisi gambut. Ada restorasi yang harus melalui proses pembasahan dahulu, ada juga yang langsung ditanam ulang (revegetasi). Pada langkah ini juga baru dapat ditentukan pihak mana saja yang akan terlibat dan rentang waktu restorasi.

3.     Membasahi Gambut
Mengembalikan kelembapan gambut merupakan proses yang akan dilakukan pada tahap ini, salah satunya dengan cara membuat kanal buatan agar air tetap berada di lahan gambut. Jika daerah mengalami kekeringan, sumur bor dapat membantu proses pembasahan.

4.     Menanam di Lahan Gambut / Revegetasi
Pada tahap ini, lahan yang sudah lembap bisa kembali ditanami. Tanaman yang dipilih juga tentu adalah tanaman yang dapat menambah keuntungan ekonomi bagi masyarakat tetapi juga tidak merusak lahan gambut. Salah satunya adalah jelutung yang getahnya bisa diambil untuk bahan permen karet. Nanas juga merupakan tanaman yang dapat menambah pemasukan masyarakat karena waktu tumbuhnya yang tidak lama sehingga bisa menghasilkan quick income. Masih banyak tanaman lain yang bisa ditanami di lahan gambut. Menurut Profesor Rujito Agus Suwignyo dari Center of Excellence Peatland Conservation Productivity Improvement di Universitas Sriwijaya, mereka sudah mengidentifikasi hampir 60 jenis tanaman yang aman untuk ditanam di lahan gambut.[9]

5.     Memberdayakan Ekonomi Masyarakat Lokal
Selain memperbaiki lahan gambut, restorasi juga harus bertujuan pada pulihnya ekonomi masyarakat. Masyarakat harus memiliki alternatif dalam pemanfaatan lahan gambut. Salah satunya adalah yang telah disebutkan di atas, yaitu menanam tanaman yang dapat menunjang perekonomian masyarakat. Cara lain adalah dengan membuka pariwisata alam. Keterjangkauan transportasi juga diperlukan dalam rangka mendukung kemajuan wilayah lahan gambut.

Infonawacita

Langkah-langkah di atas merupakan cara untuk melakukan restorasi lahan gambut di Indonesia. Restorasi tidak akan berjalan lancar jika masyarakat tidak ikut berperan dalam pelaksanannya karena orang terdekat dengan lahan gambut adalah masyarakat itu sendiri sehingga mereka harus mengerti bagaimana seharusnya mengelola dan menjaga lahannya. Pemerintah dan lembaga juga perlu melakukan sosialisasi lebih lagi terhadap masyarakat dan pengembangan infrastruktur di wilayah lahan gambut sehingga masyarakat juga dapat dengan mudah mengakses dan memanfaatkan lahan gambut sehingga masyarakat mendapatkan keuntungan ekonomi. Dengan adanya akses yang mudah, mereka tidak harus membakar lahan gambut untuk bisa memanfaatkannya. Dengan adanya restorasi, fungsi gambut dalam menyerap dan menyimpan air akan dapat kembali sehingga dapat mengendalikan banjir saat musim hujan dan mengeluarkan cadangan air saat kemarau.[10] Untuk itu, restorasi lahan gambut sangat diperlukan untuk dapat memulihkan lingkungan dan juga perekonomian masyarakat Indonesia.  Ayo kawan, mari kita pantau gambut dan dukung restorasi gambut di Indonesia! #PantauGambut





Catatan Kaki dan Referensi:

[1] Pantau Gambut, “Ada Apa Dengan Gambut?”, http://pantaugambut.id/pelajari/ada-apa-dengan-gambut (diakses pada tanggal 14 Juli 2017)
[2] Ibid.
[3] Cecep Risnandar dan Ali Fahmi, “Lahan Gambut”, Jurnalbumi, https://jurnalbumi.com/lahan-gambut/ (diakses pada tanggal 14 Juli 2017)
[4] Pantau Gambut, “Ada Apa Dengan Gambut?”, http://pantaugambut.id/pelajari/ada-apa-dengan-gambut (diakses pada tanggal 14 Juli 2017)
[5] GLF: Peatlands Matter, “Apa Itu Lahan Gambut?”, http://www.landscapes.org/peatlands/indonesian/tentang-lahan-gambut/ (diakses pada tanggal 14 Juli 2017)
[6] Kantor Staf Presiden, “Presiden Targetkan Restorasi 400 Ribu Hektare Lahan Gambut di Tahun 2017”, http://ksp.go.id/presiden-targetkan-restorasi-400-ribu-hektare-lahan-gambut-di-tahun-2017/ (diakses pada tanggal 14 Juli 2017)
[7] Ibid.
[8] Lihat : Pantau Gambut, “Restorasi Gambut di Indonesia”, http://pantaugambut.id/pelajari/ada-apa-dengan-gambut (diakses pada tanggal 14 Juli 2017)
[9] BBC Indonesia, “Mengapa Warga Sekitar Lahan Gambut Sulit Dapatkan Keuntungan Ekonomi?”, http://www.bbc.com/indonesia/majalah-39414980 (diakses pada tanggal 14 Juli 2017)
[10] Pantau Gambut, “Ada Apa Dengan Gambut?”, http://pantaugambut.id/pelajari/ada-apa-dengan-gambut (diakses pada tanggal 14 Juli 2017



Share
Tweet
Pin
Share
10 comments
img source: pinterest


Hey fellas,
I'm writing this post bcs I have this sudden realization, it just came to me kinda forget when but here is what I think.
Everybody got their own chances in life and not every chances are worth the same to every people.
Jadi gini, gak semua orang punya kesempatan yang sama untuk mencapai kesuksesannya, bukan berarti itu gak adil. Everybody has their own path to success.
Kita semua sama-sama berkompetisi di suatu tempat yang sama dan kesempatan pun juga terbatas bagi setiap orang yang berkompetisi. 
Dalam kompetisi ini, semua orang udah punya bagiannya sendiri.
Setiap kesempatan dan bagian kita mempunyai kelebihannya masing-masing. Well, it may seems that others are better than ours. Yea, grass are greener on the other side, aren't they?
But, we gotta see the bright side. Siapa tau kesempatan kita yang mungkin take a little longer than others akan mempunyai impact yang lebih besar baik buat kita sendiri ataupun orang lain.
Kesempatan kita itu juga mungkin merupakan kesempatan yang lebih fit untuk kita kerjakan dibanding apa yang dulu kita idam-idamkan banget.
We may be sulky about our failures, tp jangan jadikan itu penghalang atau batasan kita untuk melihat dan mengambil kesempatan yang lebih besar lagi nantinya.
If u guys still can't agree with this, let me tell you my story.

Jadi, waktu gue sophomore eaaa, kelas 2 SMA maksudnyaa, ada suatu broadcast gitu di group line tentang suatu internship di perusahaan surat kabar terkenal. Yep, KOMPAS.
I wasn't into that kind of thing gitu waktu itu, karena gue bukan tipe orang yang suka ikut kompetisi apalagi nyiapin hal-hal untuk apply gitu. I was a total sloth. Mageran banget ngapa-ngapain.
Dan gue nyari-nyari di internet mengenai Kompas Magangers ini dan gaada info apapun gitu di website Kompas nya dan turned out emang ini ga terlalu booming gitu..
Temen gue ikut berniat ikut internship ini and suddenly my inner soul had this motivation to apply an article. Yap, jadi ada 3 bagian gitu, ada yang untuk jurnalis, editor (kalo ga salah), dan satu lagi gue lupa apaan..
Waktu itu skill yang bisa gunakan adalah menulis dan akhirnya gue mencari-cari topik buat bikin artikel yang menarik. Finally, gue bikin artikel tentang akan adanya film Miss Peregrine's yang diangkat dari novel.
Asli, gue gaada harapan apapun tentang Magangers ini tp suatu hari pas gue di angkot pulang sekolah, tiba-tiba ada telpon dari nomer yg ga dikenal gituu dan ternyata itu dari Kompas dan ternyata gue lulus seleksi pertama dan masuk buat wawancara hari Selasa.
Asliii gue bingung banget karena itu hari sekolah dan wawancara jam 9 pagi hm. But thank God I wasn't alone. Temen gue, Aulia juga lulus seleksi awal dan akhirnya hari Selasa itu gue izin ke piket dan guru mtk gue untuk pergi ke Kompas. 
Well, luck wasn't on my side, jadwal magang ternyata pas banget sama jadwal UAS CBT gue waktu itu HA HA HA. Kecewa? iya dan bisa dibilang banget. Pas pengumuman, benerr aja gue ga keterima magang.
Gue sama Aulia bahkan berencana untuk ikut lagi tahun depannya tapi apa bisa dikata, keadaan berubah dan waktu itu lagi sibuk banget nyiapin kuliah.
Gue emang kecewa, gue mikir kalo aja gue bisa ikut magang waktu itu pasti ada sesuatu yang bisa gue masukkin dalam CV untuk ikut organisasi atau kepanitiaan di kampus, something I could be proud of. Tapi yaa masa lalu biarlah masa lalu. 
Sebelum kuliah pun gue sangat bertekad untuk bisa jadi mahasiswa yang aktif di kampus ga cuma kupu-kupu. Alhasil, tiap ada open recruitment kepanitiaan pasti gue ikutin. Gagal terus berkali-kali, ya emang bikin kecewa. But still I tried. Akhirnya dapat lah kepanitiaan pertama gue  di acara jurusan, waktu itu emang satu angkatan bisa jadi panitia sih so yaa bisa dibilang agak effortless. Waktu itu gue ada di divisi publikasi. Gue bikin-bikin poster untuk acara itu and who knows kalo gue bisa jadi orang yang dibilang "bagus dalam hal publikasi". I am so flattered. Gue bahkan bisa masuk kepanitiaan lain dan ditawarin ikut Lembaga Kepresidenan Mahasiswa (BEM nya Unpar) bermodalkan "kata dia, lo bagus bikin poster sama publikasi" atau "Gue liat lo bagus dalam publikasi", tp sayangnya gue udah keterima himpunan HI waktu itu and Thank GOD. Gue nulis ini bukan buat membanggakan diri gue sendiri, ini cuma sebagai gambaran aja. Kesempatan gue untuk menjadi impact bukan di Kompas Magangers itu. Kesempatan gue berawal dari kepanitiaan acara jurusan yang akhirnya sekali lagi Thank God bisa membuat gue jadi berguna bagi orang lain. Ya gue berharap aja, kalo gue bisa tetep memegang kepercayaan orang lain terhadap gue sebaik-baiknya sampai ada kesempatan yang lebih baik ke depannya. 
Gue berharap kalian juga bisa memandang kesempatan kalian dengan lebih baik lagi dan berusaha mensyukuri apapun yang kalian jalanin. Your chances may not be now, but it could be impactful in your next chances. Putus asa pasti ada, tapi jadikan itu suatu hal yang bisa membuat kalian berkaca untuk bisa lebih baik lagi dalam mengambil kesempatan di masa depan.
Okay guys, stay strong and keep believing.
Cya!
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Newer Posts
Older Posts

About me



A girl,
with infinity charms inside.
A unique creature crafted by God.
A girl,
who resembles an artpiece,
not everybody can understand it, but a special person will.

SIGNATURE

Categories

  • #PantauGambut
  • Intermezzo
  • Life Story
  • Opinion
  • Opinion Section
  • Pantau Gambut
  • Poetry
  • Restorasi Gambut
  • Sajak
  • Slice of Life

recent posts

Catch Me Up on IG!

Spotify

Followers

Chatbox

Blog Archive

  • ►  2021 (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2020 (6)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (2)
    • ►  March (2)
  • ►  2019 (3)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2018 (6)
    • ►  December (1)
    • ►  October (1)
    • ►  June (2)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ▼  2017 (8)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ▼  July (2)
      • Restorasi Lahan Gambut? Untuk Apa, Sih?
      • Chances in Life
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2016 (17)
    • ►  December (1)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (3)
    • ►  July (9)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December (3)
    • ►  November (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (4)
Facebook Twitter Instagram Pinterest

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates